PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obesitas merupakan suatu keadaan fisiologis akibat dari penimbunan lemak secara
berlebihan di dalam tubuh. Saat ini gizi lebih dan obesitas merupakan epidemik
di negara maju, seperti Inggris, Brasil, Singapura dan dengan cepat berkembang
di negara berkembang, terutama populasi kepulauan Pasifik dan negara Asia
tertentu. Prevalensi obesitas meningkat secara signifikan dalam beberapa
dekade terakhir dan dianggap oleh banyak orang sebagai masalah kesehatan
masyarakat yang utama(Lucy A. Bilaver,2009).
WHO menyatakan bahwa obesitas telah
menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan
bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan obesitas pada 10-15 tahun
terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia
menderita obesitas. Angka ini akan semakin meningkat dengan cepat. Jika keadaan
ini terus berlanjut maka pada tahun 2230 diperkirakan 100% penduduk dunia akan
menjadi obes (Sayoga dalam Rahmawaty, 2004). Panama dan Kuwait tercatat sebagai
dua negara dengan prevalensi obesitas tertinggi di dunia, yakni sekitar 37%.
Setelah itu Peru (32%) dan Amerika Serikat (31%). Di Brasil, kenaikan kasus
obesitas terjadi pada anak-anak sebesar 239%.
Di Eropa, Inggris menjadi negara nomor satu dalam kasus obesitas pada
anak-anak, dengan angka prevalensi 36%. Disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi
27% berdasarkan laporan Tim Obesitas Internasional (Cybermed, 2003).
Masalah obesitas meluas ke negara-negara berkembang: misalnya, di Thailand
prevalensi obesitas pada 5-12 tahun anak-anak telah meningkat dari 12,2%
menjadi 15,6% hanya dalam dua tahun (WHO, 2003).
Tingkat prevalensi obesitas di Cina mencapai 7,1% di
Beijing dan 8,3% di Shanghai pada tahun 2000 (WHO, 2000). Prevalensi obesitas
anak-anak usia 6 hingga 11 tahun sudah lebih dari dua kali lipat sejak tahun
1960-an (WHO, 2003). Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) mencatat, pada tahun 2005, secara global ada sekitar 1,6 miliar orang
dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight dan 400 juta di antaranya
dikategorikan obesitas. Pada Tahun 2015 diprediksi kasus obesitas akan
meningkat dua kali lipat dari angka itu.
Obesitas di Indonesia sudah mulai dirasakan secara nasional dengan semakin
meningginya angka kejadiannya. Selama ini, kegemukan di Indonesia belum menjadi
sorotan karena masih disibukkan masalah anak yang kekurangan gizi. Meskipun
obesitas di Indonesia belum mendapat perhatian khusus, namun kini sudah saatnya
Indonesia mulai melirik masalah obesitas pada anak. Jika dibiarkan, akan
mengganggu sumber daya manusia (SDM) di kemudian hari.Prevalensi obesitas di
Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Berdasarkan
data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%. Di
Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik 68,48%, gizi kurang 28%, gizi
buruk 88%, dan gizi lebih 3,4% (Data SUSENAS,2005).
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.
Menurut penelitian DR. Dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) dari FKUI/RSCM
bersama koleganya pada tahun 2002 melakukan penelitian di 10 kota-kota besar
yaitu Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Semarang, Solo, Jogkakarta, Surabaya,
Denpasar, dan Manado dengan subyek siswa sekolah dasar.
Hasilnya memperlihatkan prevalensi obesitas pada anak
sebesar 17,75 persen di Medan, Padang 7,1 persen, Palembang 13,2 persen,
Jakarta 25 persen, Semarang 24,3 persen, Solo 2,1 persen, Jogjakarta 4 persen,
Surabaya 11,4 persen, Denpasar 11,7 persen, dan Manado 5,3 persen. Menurut data
Susenas tahun 1995 dan 1998 di Sulawesi Selatan. angka kegemukan cukup tinggi,
yaitu dari 4,7% ke 6,22% dengan menggunakan indikator BB/U median baku
WHO-NCHS. Hal ini menunjukkan jika masalah tersebut tidak segera diatasi, maka
beban pemerintah khususnya Departemen Kesehatan akan semakin
bertambah (Kanwil Depkes, 1998).
Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun berdasarkan
Riskesdar 2007 di Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan. Obesitas sendiri sekarang dikenal sebagai ajang reuni
berbagai macam penyakit. Salah satunya Penyakit jantung koroner (PJK) yang
merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat
penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima) disertai adanya aterosklerosis
yang akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran
darah ke otot jantung sehingga terjadi kerusakan dan gangguan pada otot
jantung.
Penyakit jantung koroner kerap diidentikkan dengan penyakit akibat “hidup
enak”, yaitu terlalu banyak mengkonsumsi makanan mengandung lemak dan
kolesterol. Hal ini semakin menjadi dengan kian membudayanya konsumsi makan
siap saji alias junk food dalam kurun waktu satu dekade ini. Tak dapat
dimungkiri, junk food telah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian masyarakat
di Indonesia.Lihat saja berbagai gerai yang terdapat di mal-mal, selalu penuh
oleh pengunjung dengan beragam usia, dari kalangan anak-anak hingga
dewasa.Padahal junk food banyak mengandung sodium, lemak jenuh dan kolesterol.
Soium merupakan bagian dari garam. Bila tubuh terlalau banyak mengandung
sodium,dapat meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga menyebabkan tekanan
darah tinggi.
Tekanan darah tinggi lah yang dapat berpengaruh
munculnya gangguan penyakit jantung. Lemak jenuh berbahaya bagi tubuh karena
merangsang hati untuk memproduksi bnnyak kolesterol yang juga berperan akan
munculnya penyakit jantung. Karena kolesterol yang mengendap lama-kelamaan akan
menghambat aliran darah dan oksigen sehingga menggangu metabolisme sel otot
jantung.
Dalam hal ini akan diuraikan pada
kajian ini tentang apa yang disebut obesitas,apa penyebabnya, bagaimana
konsekwensi obesitas pada penyakit jantung koroner, dan bagaimana mengatasinya.
Selain itu akan dibahas lebih lanjut mengenai hubungan obesitas terhadap
kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Obesitas
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam
jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi
perluasan ke dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007).
Menurut
WHO Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang
dapat mengganggu kesehatan. Menurut Myers (2004), seseorang yang dikatakan
obesitas apabila terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka
Obesitas merupakan
keadaan yang menunjukkan ketidak seimbangan antara tinggi dan berat badan
akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang
melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).
Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu
sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007).
Dengan demikian tiap orang perlu memperhatikan banyaknya masukan makanan
(disesuaikan dengan kebutuhan tenaga sehari-hari) dan aktivitas fisik yang
dilakukan. Perhatian lebih besar mengenai kedua hal ini terutama diperlukan
bagi mereka yang kebetulan berasal dari keluarga obesitas, berjenis kelamin
wanita, pekerjaan banyak duduk, tidak senang melakukan olahraga, serta
emosionalnya labil.
Definisi Obesitas Obesitas dan kelebihan berat badan telah di dekade terakhir
menjadi masalah global – menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali pada
tahun 2005 sekitar 1,6 miliar orang dewasa diatas usia 15 + adalah kelebihan
berat badan, setidaknya 400 juta orang dewasa yang gemuk dansetidaknya 20 juta
anak di bawah usia 5 tahun yang kelebihan berat badan.Para ahli percaya jika
kecenderungan ini terus berlangsung pada tahun 2015 sekitar 2,3 miliar orang
dewasa akan kelebihan berat badan dan lebih dari 700 juta akan obesitas. Skala
masalahobesitas memiliki sejumlah konsekuensi serius bagi individu dan sistem
kesehatan pemerintah
2.2.Etiologi
Secara
garis besar dapat disebabkan oleh beberapa factor , yaitu :
Obesitas cenderung diturunkan,
sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya
berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong
terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan
faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik
memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
2.
Faktor lingkungan.
Gen merupakan faktor yang penting
dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang
peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup
(misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana
aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi
dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
Apa yang ada di dalam pikiran
seseorang bisa memengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan
reaksi terhadap emosinya dengan makan.Misalnya orang yang stress cendrung
memilih banyak makan , dengan anggapan dengan makan tersebut stress nya sedikit
berkurang .
4. Faktor
kesehatan.
Beberapa penyakit bisa menyebabkan
obesitas, diantaranya: Hipotiroidisme, Sindroma Cushing, Sindroma Prader-Willi Beberapa
kelainan saraf yang bisa menyebabkan
seseorang banyak makan.
5.
Obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan
beberapa anti-depresi)
bisa menyebabkan penambahan berat badan.
6.
Faktor perkembangan.
Penambahan ukuran atau jumlah
sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang
disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa
kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan
dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi,
karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi
jumlah lemak di dalam setiap sel.
Kurangnya aktivitas fisik
kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka
kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak
aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengonsumsi
makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan
mengalami obesitas.
8.
Teknologi
Zaman dahulu ketika motor belum
hadir ditengah-tengah manusia orang-orangbanyak
berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lainnya. Dengan kaki yang kokoh mereka
mengarungi semua track jalanan dari mulai bebatuan hingga perairan. Tak heran
orang-orang zaman dahulu sehat-sehat atau bisa kita bilang awet muda. Tapi,
semuanya berubah ketika negara api menyerang# kok malah avatar ? Hehe...
semuanya berubah ketika motor hadir ditengah-tengah manusia. Begitu juga
teknologi-teknologi super canggih lainnya yang tidak memerlukan tenaga penuh
manusia lagi.
2.3.
Patogenesis (perjalanan penyakit)
Metabolisme
glukosa berperan penting dalam mengatur penumpukan lemak, selama kelebihan
kalori disimpan sebagai lemak dan kekurangan glukosa akan terjadi pelepasan
lemak sebagai sumber energi. Individu yang obesitas mampu menyimpan lemaknya
dengan mudah, namun tidak mampu melepas lemak ini atau membakarnya untuk
energi.
Faktor
heredity juga berperan penting dalam perkrmbangan obesity. Individu yang
obes ditandai dengan kebiasaan makan pada malam hari dan sering kali tidak
makan saat pagi hari.
Ada
teori yang menjelaskan mengenai perkembangan obesitas yaitu pertama, teori sel
adipose menjelaskan jumlah sel di jaringan adipose meningkat maka ukuran sel
lemak juga meningkat. Kedua, teori point set bahwa individu yang mempunyai
tingkat predetermine untuk berat badan relatif stabil selama usia dewasa, maka
dengan meningkatnya intake kalori maka metabolic rate meningkat untuk membakar
kelebihannya, bila intake dikuirangi maka metabolisme menurun untuk menyimpan
energi.
Faktor
sosial budaya juga berperan penting dalam peningkatan berat badan.pola makan
tiap budaya dan sosial berbeda. Begitu juga denga faktor psikologis bisa
memberikan suatu dasar untuk pola makan. Pada remaja juga kebiasaan makannya
adalah mencoba berbagai makanan dan senang makan dengan kawan bermainn
dibandingkan dengan keluarga. Para remaja umumnya emosional mereka yang
dipengaruhi adalah gangguan body image, harga diri rendah, isolasi sosial,
depresi dan merasa ditolak.
2.4.
Gejala Klinis
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding
dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak
nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan
pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan
untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering
merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang yang
menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara
efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema
(pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan
pergelangan kaki.
2.5. Gambaran penderita
2.6.
Diagnosis
1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake
makanan yang lebih
2. Gangguan
pencitraan diri yang berhubungan dengan biofisika atau psikosial pandangan px
tehadap diri
3. Hambatan
interaksi sosial yang berhubungan dengan ungkapan atau tampak tidak nyaman
dalam situasi sosial
4. Pola napas
tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri , ansietas ,
kelemahan dan obstruksi trakeobronkial
2.7.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Obesitas dianjurkan agar melalui banyak cara secara bersama-sama. Terdapat
banyak pilihan antara lain:
1. Gaya
hidup
Perubahan
perilaku dan pengaturan makan. Prinsipnya mengurangi asupan kalori dan
meningkatkan keaktifan fisik, dikombinasikan dengan perubahan perilaku. Kata
pepatah Cina kuno “makan malam sedikit akan membuat Anda hidup sampai sembilan
puluh sembilan tahun”. Pertama usahakan mencapai dan mempertahankan BB yang
sehat. Konsumsi kalori kurang adalah faktor penting untuk keberhasilan
penurunan BB. Pengaturan makan disesuaikan dengan banyak faktor antara lain
usia, keaktifan fisik. Makan jumlah sedang makanan kaya nutrien, lemak rendah
dan kalori rendah. Pilih jenis makanan dengan kepadatan energi rendah seperti
sayur-sayuran dan buah-buahan, jenis makanan sehat, jenis karbohidrat yang berserat
tinggi, hindari manis-manisan, kurangi lemak. Awasi ukuran porsi, dan hitung
kalori misalnya makanan yang diproses mengandung lebih banyak kalori daripada
yang segar. Perbanyak kerja fisik, olahraga teratur, dan kurangi waktu nonton
TV.
2. Bedah
bariatrik
Di
Amerika Serikat cara ini dianjurkan bagi mereka dengan IMT 40 kg/m2 atau IMT
35,0-39,9 kg/m2 disertai penyakit kardiopulmonar, DM t2, atau gangguan gaya
hidup dan telah gagal mencapai penurunan BB yang cukup dengan cara non-bedah. (NIH
Consensus Development Panel pada tahun 1991). Kemudian pada tahun 2004 ASBS
Consensus menganjurkan juga cara ini untuk mereka dengan IMT 30,0–34,9 kg/m2
dengan keadaan komorbid yang dapat disembuhkan atau diperbaiki secara nyata.
Dapat diharapkan penurunan BB maksimal 21–38%.
3. Obat-obat
anti obesitas
Ada
obat yang mempunyai kerja anoreksian (meningkatkan satiation, menurunkan selera
makan, atau satiety, meningkatkan rasa kenyang, atau keduanya), contohnya
Phentermin. Obat ini hanya dibolehkan untuk jangka pendek. Orlistat menghambat
enzim lipase usus sehingga menurunkan pencernaan lemak makanan dan meningkatkan
ekskresi lemak dalam tinja dengan sedikit kalori yang diserap. Sibutramine
meningkatkan statiation dengan cara menghambat ambilan kembali monoamine
neurotransmitters (serotonin, noradrenalin dan sedikit dopamin), menyebabkan
peningkatan senyawa-senyawa tersebut di hipotalamus. Rimonabant termasuk
kelompok antagonuis CB1, yang menghambat ikatan cannabinoid endogen pada
reseptor CB1 neuronal, sehingga menurunkan selera makan dan menurunkan BB.
Orlistat, sibutramin dan rimonabant dapat dipergunakan untuk jangka lama dengan
memperhatikan efek sampingnya; rimonabant masih ditunda di Amerika Serikat.
Sayangnya obat-obatan tersebut tiada yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan
orang. Oleh karena itu industri farmasi masih mengembangkan banyak calon obat
baru.
4. Balon
Intragastrik
Balon
Intragastrik adalah kantung poliuretan lunak yang dipasang ke dalam lambung
untuk mengurangi ruang yang tersedia untuk makanan.
5. Pintasan
Usus
Pintasan
usus meliputi penurunan berat badan dengan cara malabsorbsi. Tindakan ini
kadang-kadang dilakukan dengan diversi biliopankreatik, yang memerlukan reseksi
parsial lambung dan eksisi kandung empedu dengan transeksi jejunum . jejunum
proksimal dianastomosiskan (dihubungkan melalui pembedahan) ke ilium distal,
dan jejunum distal dianastomosiskan ke bagian sisa dari lambung.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn. 2000.
Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum
Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan Bangunan, Program Studi
Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi
. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP MALANG34.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1)
Obesitas
merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan
lemak yang berlebihan dan dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila
ukuran dan jumlah sel lemak bertambah.
2)
WHO
menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan
dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi
overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan
sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas.
3)
Obesitas
merupakan suatu faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) serta
meningkatkan mortalitas dan morbiditas kardiovaskuler secara
Langsung maupun tidak langsung.
Numpang promo ya Admin^^
ReplyDeleteajoqq^^com
mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
mari segera bergabung dengan kami.....
di ajopk.club....^_~
segera di add Whatshapp : +855969190856