Sunday, February 17, 2019

MAKALAH OBESITAS



Link Berikut Klik disini
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Obesitas merupakan suatu keadaan fisiologis akibat dari penimbunan lemak secara berlebihan di dalam tubuh. Saat ini gizi lebih dan obesitas merupakan epidemik di negara maju, seperti Inggris, Brasil, Singapura dan dengan cepat berkembang di negara berkembang, terutama populasi kepulauan Pasifik dan negara Asia tertentu. Prevalensi obesitas meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir dan dianggap oleh banyak orang sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama(Lucy A. Bilaver,2009).
WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas. Angka ini akan semakin meningkat dengan cepat. Jika keadaan ini terus berlanjut maka pada tahun 2230 diperkirakan 100% penduduk dunia akan menjadi obes (Sayoga dalam Rahmawaty, 2004). Panama dan Kuwait tercatat sebagai dua negara dengan prevalensi obesitas tertinggi di dunia, yakni sekitar 37%. Setelah itu Peru (32%) dan Amerika Serikat (31%). Di Brasil, kenaikan kasus obesitas terjadi pada anak-anak sebesar 239%.
            Di Eropa, Inggris menjadi negara nomor satu dalam kasus obesitas pada anak-anak, dengan angka prevalensi 36%. Disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi 27% berdasarkan laporan Tim Obesitas Internasional (Cybermed, 2003).  Masalah obesitas meluas ke negara-negara berkembang: misalnya, di Thailand prevalensi obesitas pada 5-12 tahun anak-anak telah meningkat dari 12,2% menjadi 15,6% hanya dalam dua tahun (WHO, 2003).
Tingkat prevalensi obesitas di Cina mencapai 7,1% di Beijing dan 8,3% di Shanghai pada tahun 2000 (WHO, 2000). Prevalensi obesitas anak-anak usia 6 hingga 11 tahun sudah lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1960-an (WHO, 2003). Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, pada tahun 2005, secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight dan 400 juta di antaranya dikategorikan obesitas. Pada Tahun 2015 diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat dari angka itu.
            Obesitas di Indonesia sudah mulai dirasakan secara nasional dengan semakin meningginya angka kejadiannya. Selama ini, kegemukan di Indonesia belum menjadi sorotan karena masih disibukkan masalah anak yang kekurangan gizi. Meskipun obesitas di Indonesia belum mendapat perhatian khusus, namun kini sudah saatnya Indonesia mulai melirik masalah obesitas pada anak. Jika dibiarkan, akan mengganggu sumber daya manusia (SDM) di kemudian hari.Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik 68,48%, gizi kurang 28%, gizi buruk 88%, dan gizi lebih 3,4% (Data SUSENAS,2005).

            Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun. 
            Menurut penelitian DR. Dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) dari FKUI/RSCM bersama koleganya pada tahun 2002 melakukan penelitian di 10 kota-kota besar yaitu Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Semarang, Solo, Jogkakarta, Surabaya, Denpasar, dan Manado dengan subyek siswa sekolah dasar.
Hasilnya memperlihatkan prevalensi obesitas pada anak sebesar 17,75 persen di Medan, Padang 7,1 persen, Palembang 13,2 persen, Jakarta 25 persen, Semarang 24,3 persen, Solo 2,1 persen, Jogjakarta 4 persen, Surabaya 11,4 persen, Denpasar 11,7 persen, dan Manado 5,3 persen. Menurut data Susenas tahun 1995 dan 1998 di Sulawesi Selatan. angka kegemukan cukup tinggi, yaitu dari 4,7% ke 6,22% dengan menggunakan indikator BB/U median baku WHO-NCHS. Hal ini menunjukkan jika masalah tersebut tidak segera diatasi, maka beban pemerintah khususnya Departemen Kesehatan akan semakin
bertambah (Kanwil Depkes, 1998).
            Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar 2007 di Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan. Obesitas sendiri sekarang dikenal sebagai ajang reuni berbagai macam penyakit. Salah satunya Penyakit jantung koroner (PJK) yang merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima) disertai adanya aterosklerosis yang akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran darah ke otot jantung sehingga terjadi kerusakan dan gangguan pada otot jantung.
            Penyakit jantung koroner kerap diidentikkan dengan penyakit akibat “hidup enak”, yaitu terlalu banyak mengkonsumsi makanan mengandung lemak dan kolesterol. Hal ini semakin menjadi dengan kian membudayanya konsumsi makan siap saji alias junk food dalam kurun waktu satu dekade ini. Tak dapat dimungkiri, junk food telah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian masyarakat di Indonesia.Lihat saja berbagai gerai yang terdapat di mal-mal, selalu penuh oleh pengunjung dengan beragam usia, dari kalangan anak-anak hingga dewasa.Padahal junk food banyak mengandung sodium, lemak jenuh dan kolesterol. Soium merupakan bagian dari garam. Bila tubuh terlalau banyak mengandung sodium,dapat meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi lah yang dapat berpengaruh munculnya gangguan penyakit jantung. Lemak jenuh berbahaya bagi tubuh karena merangsang hati untuk memproduksi bnnyak kolesterol yang juga berperan akan munculnya penyakit jantung. Karena kolesterol yang mengendap lama-kelamaan akan menghambat aliran darah dan oksigen sehingga menggangu metabolisme sel otot jantung.
Dalam hal ini akan diuraikan pada kajian ini tentang apa yang disebut obesitas,apa penyebabnya, bagaimana konsekwensi obesitas pada penyakit jantung koroner, dan bagaimana mengatasinya. Selain itu akan dibahas lebih lanjut mengenai hubungan obesitas terhadap kejadian Penyakit Jantung Koroner  (PJK).




















BAB II

PEMBAHASAN


A.           Definisi Obesitas
               Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007).
Menurut WHO Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan. Menurut Myers (2004), seseorang yang dikatakan obesitas apabila terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidak seimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).
               Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007). Dengan demikian tiap orang perlu memperhatikan banyaknya masukan makanan (disesuaikan dengan kebutuhan tenaga sehari-hari) dan aktivitas fisik yang dilakukan. Perhatian lebih besar mengenai kedua hal ini terutama diperlukan bagi mereka yang kebetulan berasal dari keluarga obesitas, berjenis kelamin wanita, pekerjaan banyak duduk, tidak senang melakukan olahraga, serta emosionalnya labil.
               Definisi Obesitas Obesitas dan kelebihan berat badan telah di dekade terakhir menjadi masalah global – menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali pada tahun 2005 sekitar 1,6 miliar orang dewasa diatas usia 15 + adalah kelebihan berat badan, setidaknya 400 juta orang dewasa yang gemuk dansetidaknya 20 juta anak di bawah usia 5 tahun yang kelebihan berat badan.Para ahli percaya jika kecenderungan ini terus berlangsung pada tahun 2015 sekitar 2,3 miliar orang dewasa akan kelebihan berat badan dan lebih dari 700 juta akan obesitas. Skala masalahobesitas memiliki sejumlah konsekuensi serius bagi individu dan sistem kesehatan pemerintah 




2.2.Etiologi
 Secara garis besar dapat disebabkan oleh beberapa factor , yaitu :
1.      Faktor genetik.
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
2.      Faktor lingkungan.
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
3.      Faktor psikis.
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa memengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.Misalnya orang yang stress cendrung memilih banyak makan , dengan anggapan dengan makan tersebut stress nya sedikit berkurang .         
4.      Faktor kesehatan.
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya: Hipotiroidisme, Sindroma Cushing, Sindroma Prader-Willi Beberapa kelainan saraf  yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
5.      Obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.
6.      Faktor perkembangan.
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
7.      Aktivitas fisik.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
8.      Teknologi
Zaman dahulu ketika motor belum hadir ditengah-tengah manusia orang-orangbanyak berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lainnya. Dengan kaki yang kokoh mereka mengarungi semua track jalanan dari mulai bebatuan hingga perairan. Tak heran orang-orang zaman dahulu sehat-sehat atau bisa kita bilang awet muda. Tapi, semuanya berubah ketika negara api menyerang# kok malah avatar ? Hehe... semuanya berubah ketika motor hadir ditengah-tengah manusia. Begitu juga teknologi-teknologi super canggih lainnya yang tidak memerlukan tenaga penuh manusia lagi.          

2.3. Patogenesis (perjalanan penyakit)
Metabolisme glukosa berperan penting dalam mengatur penumpukan lemak, selama kelebihan kalori disimpan sebagai lemak dan kekurangan glukosa akan terjadi pelepasan lemak sebagai sumber energi. Individu yang obesitas mampu menyimpan lemaknya dengan mudah, namun tidak mampu melepas lemak ini atau membakarnya untuk  energi.
            Faktor heredity  juga berperan penting dalam perkrmbangan obesity. Individu yang obes ditandai dengan kebiasaan makan pada malam hari dan sering kali tidak makan saat pagi hari.
Ada teori yang menjelaskan mengenai perkembangan obesitas yaitu pertama, teori sel adipose menjelaskan jumlah sel di jaringan adipose meningkat maka ukuran sel lemak juga meningkat. Kedua, teori point set bahwa individu yang mempunyai tingkat predetermine untuk berat badan relatif stabil selama usia dewasa, maka dengan meningkatnya intake kalori maka metabolic rate meningkat untuk membakar kelebihannya, bila intake dikuirangi maka metabolisme menurun untuk menyimpan energi.
            Faktor sosial budaya juga berperan penting dalam peningkatan berat badan.pola makan tiap budaya dan sosial berbeda. Begitu juga denga faktor psikologis bisa memberikan suatu dasar untuk pola makan. Pada remaja juga kebiasaan makannya adalah mencoba berbagai makanan dan senang makan dengan kawan bermainn dibandingkan dengan keluarga. Para remaja umumnya emosional mereka yang dipengaruhi adalah gangguan body image, harga diri rendah, isolasi sosial, depresi dan merasa ditolak.

2.4. Gejala Klinis
               Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.           
Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.







2.5. Gambaran penderita
http://obatobesitas.com/wp-content/uploads/2016/03/obesitas.jpg

http://obatobesitas.com/wp-content/uploads/2012/08/Cara-Menangani-Obesitas.jpg




2.6. Diagnosis
1.   Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake makanan yang lebih
2.     Gangguan pencitraan diri yang berhubungan dengan  biofisika atau psikosial  pandangan px tehadap diri
3.     Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan ungkapan atau tampak tidak nyaman dalam situasi sosial
4.     Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri , ansietas , kelemahan dan obstruksi trakeobronkial


2.7.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Obesitas dianjurkan agar melalui banyak cara secara bersama-sama. Terdapat banyak pilihan antara lain:
1.      Gaya hidup
Perubahan perilaku dan pengaturan makan. Prinsipnya mengurangi asupan kalori dan meningkatkan keaktifan fisik, dikombinasikan dengan perubahan perilaku. Kata pepatah Cina kuno “makan malam sedikit akan membuat Anda hidup sampai sembilan puluh sembilan tahun”. Pertama usahakan mencapai dan mempertahankan BB yang sehat. Konsumsi kalori kurang adalah faktor penting untuk keberhasilan penurunan BB. Pengaturan makan disesuaikan dengan banyak faktor antara lain usia, keaktifan fisik. Makan jumlah sedang makanan kaya nutrien, lemak rendah dan kalori rendah. Pilih jenis makanan dengan kepadatan energi rendah seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, jenis makanan sehat, jenis karbohidrat yang berserat tinggi, hindari manis-manisan, kurangi lemak. Awasi ukuran porsi, dan hitung kalori misalnya makanan yang diproses mengandung lebih banyak kalori daripada yang segar. Perbanyak kerja fisik, olahraga teratur, dan kurangi waktu nonton TV.
2.      Bedah bariatrik
Di Amerika Serikat cara ini dianjurkan bagi mereka dengan IMT 40 kg/m2 atau IMT 35,0-39,9 kg/m2 disertai penyakit kardiopulmonar, DM t2, atau gangguan gaya hidup dan telah gagal mencapai penurunan BB yang cukup dengan cara non-bedah. (NIH Consensus Development Panel pada tahun 1991). Kemudian pada tahun 2004 ASBS Consensus menganjurkan juga cara ini untuk mereka dengan IMT 30,0–34,9 kg/m2 dengan keadaan komorbid yang dapat disembuhkan atau diperbaiki secara nyata. Dapat diharapkan penurunan BB maksimal 21–38%.
3.      Obat-obat anti obesitas
Ada obat yang mempunyai kerja anoreksian (meningkatkan satiation, menurunkan selera makan, atau satiety, meningkatkan rasa kenyang, atau keduanya), contohnya Phentermin. Obat ini hanya dibolehkan untuk jangka pendek. Orlistat menghambat enzim lipase usus sehingga menurunkan pencernaan lemak makanan dan meningkatkan ekskresi lemak dalam tinja dengan sedikit kalori yang diserap. Sibutramine meningkatkan statiation dengan cara menghambat ambilan kembali monoamine neurotransmitters (serotonin, noradrenalin dan sedikit dopamin), menyebabkan peningkatan senyawa-senyawa tersebut di hipotalamus. Rimonabant termasuk kelompok antagonuis CB1, yang menghambat ikatan cannabinoid endogen pada reseptor CB1 neuronal, sehingga menurunkan selera makan dan menurunkan BB. Orlistat, sibutramin dan rimonabant dapat dipergunakan untuk jangka lama dengan memperhatikan efek sampingnya; rimonabant masih ditunda di Amerika Serikat. Sayangnya obat-obatan tersebut tiada yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan orang. Oleh karena itu industri farmasi masih mengembangkan banyak calon obat baru.
4.      Balon Intragastrik
Balon Intragastrik adalah kantung poliuretan lunak yang dipasang ke dalam lambung untuk mengurangi ruang yang tersedia untuk makanan.
5.      Pintasan Usus
Pintasan usus meliputi penurunan berat badan dengan cara malabsorbsi. Tindakan ini kadang-kadang dilakukan dengan diversi biliopankreatik, yang memerlukan reseksi parsial lambung dan eksisi kandung empedu dengan transeksi jejunum . jejunum proksimal dianastomosiskan (dihubungkan melalui pembedahan) ke ilium distal, dan jejunum distal dianastomosiskan ke bagian sisa dari lambung.




DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi . Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP MALANG34.    






























BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1)      Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak yang berlebihan dan dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila ukuran dan jumlah sel lemak bertambah.
2)      WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas.
3)      Obesitas merupakan suatu faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK)  serta meningkatkan mortalitas dan morbiditas kardiovaskuler secara  Langsung  maupun tidak langsung.



1 comment:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^com
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajopk.club....^_~
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    ReplyDelete

MENCUCI TANGAN DENGAN LARUTAN BERBAHAN DASAR ALKOHOL

LOGO RUMAH SAKIT MENCUCI TANGAN DENGAN LARUTAN BERBAHAN DASAR ALKOHOL NomorDokumen :     /RS UD ...