Link Berikut Klik disini
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 1448).
Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
A.
Konsep Dasar Penyakit
1.
Pengertian
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis
didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau
tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD
atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar
(insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme,
cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia
(Smeltzer, 2010).
Masyarakat
selama ini menganggap penyakit yang banyak mengakibatkan kematian adalah
jantung dan kanker. Sebenarnya penyakit gagal ginjal juga dapat mengakibatkan
dan kejadiannya di masyarakat terus meningkat. Chronic
Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal kronik merupakan masalah
kesehatan di seluruh dunia yang berdampak pada masalah medik, ekonomik dan
sosial yang sangat besar bagi klien dan keluarganya, baik di negara-negara maju
maupun di negara-negara berkembang (Syamsiah, 2011).
Ginjal
adalah salah satu organ utama sistem kemih atau uriner (tractus urinarius)
yang berfungsi menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam
tubuh. Fungsi ginjal secara umum antara lain yaitu sebagai filtrasi, pada
akhirnya ginjal akan menghasilkan urine, keseimbangan elektrolit, pemeliharaan
keseimbangan asam basa, eritropoiesis dimana fungsi ginjal
produksi eritrosit, regulasi kalsium dan fosfor atau mengatur kalsium serum dan
fosfor, regulasi tekanan darah, ekresi sisa metabolik dan toksin. Akibat dari
berbagai penyebab dari gangguan ginjal dapat menurun fungsinya sehingga tidak
berfungsi lagi yang di sebut dengan gagal ginjal (Yakobus, 2009).
Chronic
Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal
progresif yangirreversibel ketika ginjal tidak mampu mempertahankan
keseimbangan metabolik, cairan, dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya
uremia dan azotemia (Bsyhskki, 2012).
2.
Etiologi
Diabetes
dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap proporsi
GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan glomerulonefritis menjadi yang
ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik
atau nefropati refluks) dan penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%.
Penyebab yang tidak sering terjadi yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus
dan lainnya sebesar 21 %. (US Renal System, 2010 dalam Price & Wilson, 2010).
Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun
2010 menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi
dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan
infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan 13,65%
(Sudoyo, 2010).
3.
Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal
sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang
lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring.Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak.Beban bahan yang harus
dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus.Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa.Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul
gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80% - 90%.Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance
turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.( Barbara C Long, , 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 1448).
Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
·
Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal,
pada stadium kadar kreatinin serum normal dan penderita asimptomatik.
·
Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana
lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat,
dan kreatinin serum meningkat.
·
Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir
atau uremia.
K/DOQI
merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG :
·
Stadium 1 : kelainan ginjal yang
ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml /
menit / 1,73 m2
·
Stadium 2 : Kelainan ginjal
dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
·
Stadium 3 : kelainan
ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
·
Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG
antara 15-29mL/menit/1,73m2
·
Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG
< 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.
Untuk
menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test )
dapat digunakan dengan rumus :
Clearance
creatinin ( ml/ menit ) = (( 140-umur ) x berat badan ( kg )) / ( 72 x creatini
serum )
Pada
wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85. (Corwin, 2010)
Pathway
4.
Manifestasi Klinis
Menurut Brunner
& Suddart (2010) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis dipengaruhi
oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal
kronis adalah sebagai berikut :
a.
Manifestasi
kardiovaskuler
Mencakup
hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema
periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b.
Manifestasi
dermatologi
Warna kulit
abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan
rapuh, rambut tipis dan kasar.
c.
Manifestasi
Pulmoner
Krekels, sputum
kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d.
Manifestasi
Gastrointestinal
Napas berbau
amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah, konstipasi
dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e.
Manifestasi
Neurologi
Kelemahan dan
keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada telapak
kaki, perubahan perilaku
f.
Manifestasi
Muskuloskeletal
Kram otot,
kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g.
Manifestasi
Reproduktif
Amenore dan
atrofi testikuler
5.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi
ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk
menentukan ukuran ginjal dan adanya massa kista, obtruksi pada saluran
perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik
untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan
pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
b.
Foto Polos
Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c.
Pielografi
Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan
faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d.
USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi
sistem pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e.
Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler,
parenkhim) serta sisa fungsi ginjal
f.
Pemeriksaan
Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g.
Pemeriksaan
radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi
metatastik
h.
Pemeriksaan
radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i.
Pemeriksaan
Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j.
EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri,
tanda-tanda perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k.
Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal
kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya.
l.
Pemeriksaan
laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1)
Laju endap
darah
2)
Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400
ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
Warna
: Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh
pus / nanah,
bakteri,
lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin,
dan porfirin.
Berat
Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan
ginjal
berat).
Osmolalitas
: Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan
tubular, amrasio
urine
/ ureum sering 1:1.
3)
Ureum dan
Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi.
Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu
5).
4)
Hiponatremia
5)
Hiperkalemia
6)
Hipokalsemia
dan hiperfosfatemia
7)
Hipoalbuminemia
dan hipokolesterolemia
8)
Gula darah
tinggi
9)
Hipertrigliserida
10)
Asidosis
metabolik
6.
Komplikasi
Seperti
penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra
(2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi
akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan diit
berlebih.
2. Perikarditis,
efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah uremik dan
dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi
akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia
akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit
tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia
akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal
jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi
karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid,
Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
7.
Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan
fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah
atau mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi
konservatif tidak dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari
penyakit ini karena yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik
dengan dialisis atau transplantasi ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1.
Untuk
memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses
penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan
obat-obatan) dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake
protein sehari-hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme
(menyediakan kalori nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi
katabolisme)
2.
Mengurangi
manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan hematologi,
penyakit kardiovaskuler;
3.
Meningkatkan
kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4.
Mempromosikan
kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila
pasien sudah memerlukan dialisi tetap atau transplantasi. Pada tahap ini
biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan bila :
·
Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan
obat-obatan
·
Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
·
Overload cairan (edema paru)
·
Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
·
Efusi perikardial
·
Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang
memburuk.
B.
Konsep Proses Keperawatan
1.
Pengkajian keperawatan
a)
Identitas
1) Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin,
suku/ bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat
2) Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin,
agama, pekerjaan, hubungan dgn pasien, alamat
b)
Pengkajian
1)
Riwayat
penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus
urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
2)
Pola
nutrisi dan metabolik.
Gejalanya
adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6 bulan.
Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau
turun.
3)
Pola
eliminasi
Gejalanya
adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan
darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
4)
Pengkajian fisik
a. Penampilan
/ keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi
penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran
pasien
dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda
vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet
naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat
dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6
bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan
berat badan karena kelebihan
cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor,
telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung,
mulut
bau ureum, bibir
kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher
dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid,
terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal,
dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris,
terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran
jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g.
Abdomen.
Terjadi
peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h.
Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia
kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i.
Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien
dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1
detik.
j.
Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit
jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1.
Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan penurunan haluran urin dan retensi cairan dan natrium.
2.
Perubahan pola napas berhubungan
dengan hiperventilasi paru.
3.
Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual muntah.
4.
Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder.
3.
Rencana Asuhan Keperawatan
NO
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan & KH
|
Intervensi Keperawatan
|
1.
|
Kelebihan volume cairan b.d penurunan
haluaran urin dan retensi cairan dan natrium.
|
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
volume cairan seimbang.
Kriteria
Hasil:
NOC
: Fluid Balance
-
Terbebas dari edema, efusi, anasarka
-
Bunyi nafas bersih,tidak adanya
dipsnea
-
Memilihara tekanan vena sentral,
tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign normal.
|
Fluid
Management :
1.
Kaji
status cairan ; timbang berat badan,keseimbangan masukan dan haluaran, turgor
kulit dan adanya edema
2.
Batasi masukan cairan
3.
Identifikasi sumber potensial
cairan
4.
Jelaskan pada pasien dan keluarga
rasional pembatasan cairan
5.
Kolaborasi pemberian cairan sesuai
terapi.
Hemodialysis therapy
1.
Ambil sampel darah dan meninjau kimia darah (misalnya BUN, kreatinin,
natrium, pottasium, tingkat phospor) sebelum perawatan untuk mengevaluasi
respon thdp terapi.
2.
Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan
darah untuk mengevaluasi respon terhadap terapi.
3.
Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghilangkan jumlah yang tepat dari
cairan berlebih di tubuh klien.
4.
Bekerja secara kolaboratif dengan pasien untuk menyesuaikan panjang
dialisis, peraturan diet, keterbatasan cairan dan obat-obatan untuk mengatur
cairan dan elektrolit pergeseran antara pengobatan
|
2
|
Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d anoreksia mual muntah.
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
nutrisi seimbang dan adekuat.
Kriteria Hasil:
NOC : Nutritional
Status
-
Nafsu makan meningkat
-
Tidak terjadi penurunan BB
-
Masukan nutrisi adekuat
-
Menghabiskan porsi makan
-
Hasil lab normal (albumin, kalium)
|
Nutritional Management
1. Monitor
adanya mual dan muntah
2. Monitor
adanya kehilangan berat
badan dan perubahan status nutrisi.
3. Monitor
albumin, total protein, hemoglobin, dan hematocrit level yang menindikasikan status nutrisi dan untuk
perencanaan treatment selanjutnya.
4. Monitor
intake nutrisi dan kalori
klien.
5. Berikan makanan
sedikit tapi sering
6. Berikan
perawatan mulut sering
7. Kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian diet sesuai terapi
|
3
|
Perubahan pola napas berhubungan dengan
hiperventilasi paru
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
pola nafas adekuat.
Kriteria Hasil:
NOC : Respiratory Status
-
Peningkatan ventilasi dan oksigenasi
yang adekuat
-
Bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
-
Suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
-
Tanda tanda vital dalam rentang
normal
|
Respiratory Monitoring
1.
Monitor rata – rata, kedalaman, irama
dan usaha respirasi
2.
Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
intercostal
3.
Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes
4.
Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
Oxygen Therapy
1.
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya
crakles
2.
Ajarkan pasien nafas dalam
3.
Atur posisi senyaman mungkin
4.
Batasi untuk beraktivitas
5.
Kolaborasi pemberian oksigen
|
4
|
Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder.
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
perfusi jaringan adekuat.
Kriteria Hasil:
NOC: Circulation Status
-
Membran mukosa merah muda
-
Conjunctiva tidak anemis
-
Akral hangat
-
TTV dalam batas normal.
-
Tidak ada edema
|
Circulatory Care
1.
Lakukan
penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema,
kapiler refil, temperatur ekstremitas).
2.
Kaji nyeri
3.
Inspeksi
kulit dan Palpasi anggota badan
4.
Atur posisi
pasien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk memperbaiki sirkulasi.
5.
Monitor
status cairan intake dan output
6.
Evaluasi
nadi, oedema
7.
Berikan
therapi antikoagulan.
|
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
Dialisis Pada Diabetes Melitus. http://internis.files.wordpress.com/2011/01/dialisis-pada-diabetes-melitus.pdf
diakses pada tanggal 23 Februari 2014
Anita
dkk. Penggunaan Hemodialisis pada Bidang Kesehatan yang Memakai Prinsip Ilmu
Fisika. http://dc128.4shared.com/doc/juzmT0gk/preview.html
diakses pada tanggal 23 Februari 2014
Bakta,
I Made & I Ketut Suastika,. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.
Jakarta : EGC. 1999
Black,
Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical
Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc. 2005
Bulechek,
Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing Intervention
Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Herdinan,
Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC. 2012.
Johnson,
M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Nahas,
Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to Understanding
and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Price,
Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi
: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC.
2002
Smeltzer,
S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi
8. Jakarta : EGC. 2001
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta
: Balai Penerbit FKUI. 2006
No comments:
Post a Comment