Link Berikut Klik disini
MAKALAH ASMA
1.
Pengertian
Asma adalah suatu
kadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan bronkus yang berulang
namun reversibel, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat
keadaan ventilasi yang lebih normal. Keadaan ini pada orang-orang yang rentan
terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan, yang menandakan
suatu keadaan hipere aktivitas bronkus yang khas.Penyakit asma adalah penyakit
yang terjadi akibat adanya penyempitan saluran pernapasan sementara waktu
sehingga sulit bernapas. Asma terjadi ketika ada kepekaan yang meningkat
terhadap rangsangan dari lingkungan sebagai pemicunya. Diantaranya adalah
dikarenakan gangguan emosi, kelelahan jasmani,perubahan cuaca, temperatur,
debu, asap, bau-bauan yang merangsang, infeksisaluran napas, faktor makanan dan
reaksi alergi.
Penyakit asma bronkial
di masyarakat sering disebut sebagai bengek, asma, mengi, ampek, sasak angok,
dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma merupakan suatu penyakit gangguan
jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan
adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Orang yang menderita
asma memiliki ketidak mampuan mendasar dalam mencapai angka aliran udara normal
selama pernapasan (terutama pada ekspirasi). Ketidak mampuan ini tercermin
dengan rendahnya volume udara yang dihasilkan sewaktu melakukan usaha
eksirasi paksa pada detik pertama. Karena banyak saluran udara yang
menyempit tidak dapat dialiri dan dikosongkan secara cepat,tidak terjadi aerasi
paru dan hilangnya ruang penyesuaian normal antara ventilasidan aliran darah
paru. Turbulensi arus udara dan getaran mukus bronkus mengakibatkan suara mengi
yang terdengar jelas selama serangan asma, namun tanda fisik ini juga terlihat
mencolok pada masalah saluran napas obstruktif.Diantara serangan asma, pasien
bebas dari mengi dan gejala, walaupun reaktivitas bronkus meningkat dan
kelainan pada ventilasi tetap berlanjut. Namun, pada asmakronik, masa tanpa
serangan dapat menghilang, sehingga mengakibatkan keadaan asma yang
terus-menenrus yang sering disertai infeksi bakteri sekunder.
2.
Penyebab
Sampai saat ini
etiologi dari asma bronchial belum diketahui. Berbagai teori sudah diajukan,
akan tetapi yang paling disepakati adalah adanya gangguan parasimpatis
(hiperaktivitas saraf kolinergik), gangguan simpatis (blok pada reseptor beta
adrenergic dan hiperaktifitas reseptor alfa adrenergik).
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial
dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1) Ekstrinsik
(alergik).
Ditandai dengan reaksi alergik yang
disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk
bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur.
Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik
seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2) Intrinsik
(non alergik).
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi
yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui,
seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3) Asma
gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
Berdasarkan
Keparahan Penyakitnya :
a) Asma
intermiten
Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu,
eksaserbasi ringan dalam beberapa jam atau hari, gejala asma malam hari terjadi
< 2 kali dalam 1 bulan, fungsi paru normal dan asimtomatik di antara waktu serangan,
Peak Expiratory Folw (PEF) dan Forced Expiratory Value in 1 second (PEV1) >
80%
b) Asma
ringan
Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu
tetapi < 1 kali dalam 1 hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur,
gejala asma malam hari terjadi > 2 kali dalam 1 bulan, PEF dan PEV1 > 80%
c) Asma
sedang (moderate)
Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi
mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi >1 kali
dalam 1 minggu, menggunakan inhalasi beta 2 agonis kerja cepat dalam
keseharian, PEF dan PEV1 >60% dan < 80%
d) Asma
parah (severe)
Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering
terjadi, gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisik terganggu
oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%
Ada
beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronchial:
1. Faktor
predisposisi
a) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat
alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor
presipitasi
a) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3
jenis, yaitu :
1) Inhalan,
yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga,
spora jamur, bakteri dan polusi
2) Ingestan,
yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan,
yang masuk melalui kontak dengan kulit
4) ex:
perhiasan, logam dan jam tangan
3. Perubahan
cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang
dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan
musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
4. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi
pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang
sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka
gejala asmanya belum bisa diobati.
5. Lingkungan
kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan
sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik
asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Sebagian besar
penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.
3.
Tanda
dan Gejala
Keluhan utama penderita
asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase inspirasi yang lebih pendek
dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi (wheezing), batuk
yang disertai serangn napas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma,
keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak napas penderita
timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi
lebih berat.
Wheezing terutama
terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat atau
lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan
atau kelelahan otot pernapasan, wheezing akan terdengar lebih lemah atau tidak
terdengar sama sekali. Batuk hamper selalu ada, bahkan seringkali diikuti
dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak, maka keluhan sesak
akan semakin berat.
Dalam keadaan sesak
napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk membungkuk dengan kedua
telapak tangan memegang kedua lutut. Posisi ini didapati juga pada pasien
dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Tanda lain yang menyertai
sesak napas adalah pernapasan cuping hidung yang sesuai dengan irama
pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat meningkat (takipneu), otot Bantu
pernapasan ikut aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak
napas akan diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau
sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan memperberat sesak napas,
karena menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain
itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi sampai 110-130/menit,
karena peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah akibat respons
hipoksemia.
4.
Pencegahan
a. Menjauhi
alergen, bila perlu desensitisasi
b. Menghindari
kelelahan
c. Menghindari
stress psikis
d. Mencegah/mengobati
ISPA sedini mungkin
e. Olahraga
renang, senam asma.
No comments:
Post a Comment