Link Berikut Klik disini
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
2.3. Konsep Issu dan Trend dalam Keperawatan
2.5. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi dituntut
untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan
kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk
dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat (Potter dan Perry,
2005).
Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan
kesehatan adalah pelayanan yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu
apabila memberikan kepuasan pada pasien. Kepuasan pada pasien dalam menerima
pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah dimensi
kelancaran komunikasi antaran petugas kesehatan (termasuk dokter) dengan
pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya berorientasi pada
pengobatan secara medis saja, melainkan juga berorientasi pada komunikasi
karena pelayanan melalui komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien,
serta sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan (Muharamiatul, 2012).
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan
perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
dunia sekitarnya. Sedangkan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau
keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress,
mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang
lain ( Mundakir, 2006 ).
1.2. Tujuan
Tujuan Umum
- Untuk
mengetahui dan memahami manajemen keperawatan yaitu tentang Trend dan Issu
komunikasi dalam pelayanan kesehatan.
Tujuan Khusus
1.
Mampu memahami dan mengetahui tentang trend dan issu
komunikasi dalam pelayanan kesehatan.
2.
Mampu memahami dan mengetahui tentang komunikasi dalam pelayanan kesehatan.
- Mampu memahami dan mengetahui
tentang pentingnya komunikasi
dalam pelayanan kesehatan.
4.
Mampu memahami dan mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi komunikasi.
- Mampu memahami dan mengetahui
tentang pemahaman kolaborasi.
6.
Mampu memahami dan mengetahui tentang trend dan issu
komunikasi dalam pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Issu dan Trend dalam Pelayanan
Kesahatan
Trend
adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Jadi trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang
saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta (Muharamiatul, 2012).
Sedangkan issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang
dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang
menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional,
bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Atau sesuatu yang sedang di bicarakan
oleh banyak namun belum jelas faktanya atau buktinya (Muharamiatul, 2012).
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan
perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
dunia sekitarnya. Sedangkan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau
keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress,
mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang
lain ( Mundakir, 2006 ).
Pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu bentuk upaya yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pelayanan rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang bermutu dan terjangkau dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat (Potter dan Perry, 2005).
2.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Issu dan Trend
1.
Faktor Agama dan Istiadat
Agama
serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang
diyakini maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang
diperlukan proses. Semakin tua dan semakin banyak pengalaman belajar, seseorang
akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya.
- Faktor Sosial
Berbagai
faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini antara
lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi,
hukum, dan peraturan perundang-undangan.
Perkembangan
sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional. Pelayanan
kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi
pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.
- Faktor Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Pada
era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya. Kemajuan yang
telah dicapai meliputi berbagai bidang.
Kemajuan
di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang
usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara
prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan
ginjal dapat diperpanjang usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu yang
mengalami kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-kemajuan
ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan etika.
- Faktor Legislasi dan Keputusan
Yuridis
Perubahan
sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial
atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi perubahan
tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang
yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik. Saat ini aspek
legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan sedang
menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu
bidang ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan
perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan
hukum kesehatan.
- Faktor dana/keuangan.
Dana/keuangan
untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan konflik. Untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak berupaya
dengan mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.
- Faktor pekerjaan.
Perawat
perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu keputusan.
Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus
diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang
mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat
pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi atau
mungkin kehilangan pekerjaan.
- Faktor Kode etik keperawatan.
Kelly
(1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik merupakan
salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam
penentuan, pertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan
bahwa tanggung jawab kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi. Untuk
dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah yang
menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis
permasalahan-permasalahan etis.
- Faktor Hak-hak pasien.
Hak-hak
pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia. Hak
merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi
dan kepraktisan suatu situasi. Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi
hak-hak warga negara, hak-hak hukum dan hak-hak moral. Hak-hak pasien yang
secara luas dikenal menurut Megan (1998) meliputi hak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas, hak untuk diberi informasi, hak
untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan,
hak untuk diberi informed concent, hak untuk mengetahui
nama dan status tenaga kesehatan yang menolong, hak untuk mempunyai pendapat
kedua(secand opini), hak untuk diperlakukan dengan hormat, hak untuk
konfidensialitas (termasuk privacy), hak untuk
kompensasi terhadap cedera yang tidak legal dan hak untuk mempertahankan
dignitas (kemuliaan) termasuk menghadapi kematian dengan bangga.
2.3. Konsep Issu dan Trend dalam Keperawatan
1. Mengahargai
keyakinan klien menurut budayanya
Perawat harus
bisa menghargai keyakinan klien tetapi tetap melaksanakan tindakan untuk
perawatan klien dengan mengganti dengan alternative lain. Misalnya klien yang
tidak mengkonsumsi obat-obatan kimia, berpikir kritis dengan mengganti dengan
obat herbal yang telah terbukti pengobatannya. misalnya di budaya Jawa,
Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri.
2. Menghentikan kebiasaan buruk
Apabila klien mempunyai kebiasaan
merokok pada saat setelah makan, maka perawat harus dapat melarang kebiasaan
tersebut. Karena dapat membahayakan klien dan terapi penyembuhan dapat
mengalami kegagalan. Contoh lain, kebiasaan bagi orang jawa yakni jika ada
salah satu pihak keluarga atau sanak saudara yang sakit, maka untuk
menjenguknya biasanya mereka mengumpulkan dulu semua saudaranya dan bersama –
sama mengunjungi saudaranya yang sakit tersebut. Karena dalam budaya Jawa
dikenal prinsip “ mangan ora mangan , seng penting kumpul.
3. Mengganti kebiasaan pengobatan
yang buruk
Bagi masyarakat
Jawa dukun adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit melalui “Japa
Mantera“, yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Misalnya dukun
pijat/tulang (sangkal putung) khusus menangani orang yang sakit terkilir ,
patah tulang , jatuh atau salah urat.
2.4. Nilai-Nilai dalam Issu dan Trend
1.
Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam praktik keperawatan
terdiri dari :
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir
secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan
konsep altruistic dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp
& Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan
integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi
merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada
pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali
terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil
resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya
sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri. Kendali mempunyai
implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang.
2.5. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan
orang lain dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan
orang lain akan terjalin bila setiap individu melakukan komunikasi diantara
sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa aman yang dicapai oleh individu
dalam berhubungan sosial dengan orang lain merupakan hasil dari suatu
komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan
integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem social (Muharamiatul,
2012).
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
memberikan dampak yang sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual
maupun kelompok. Komunikasi yang terputus akan memberikan dampak pada buruknya
hubungan antar individu atau kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang
dinyatakan sebagai salah satu sistem dari kelompok sosial mempunyai kepentingan
yang tinggi pada unsur komunikasi. Komunikasi di lingkungan rumah sakit
diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan
ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi
yaitu konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan
unsur hubungan antar individu yang bekerja. Komunikasi di lingkungan rumah sakit
diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan
ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi
yaitu konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan
unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara
horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim
multidisiplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi
sebagai provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan
konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu
klien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada di
rumah sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit,
diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu yang
terlibat dalam sistem tersebut (Mundakir, 2006). Hal ini terjadi karena
beberapa sebab diantaranya adalah :
1. Lemahnya pemahaman mengenai
penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan intraksi dengan klien.
2. Kurangnya kesadaran diri para
perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah secara terapeutik.
3. Lemahnya penerapan sistem evaluasi
tindakan ( kinerja ) individual yang berdampak terhadap lemahnya pengembangan
kemampuan diri sendiri.
Berdasarkan
penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan interpersonal yang
mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal ini dimaksudkan
untuk meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada komunikasi yang dijalin
oleh tim keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim
keperawatan adalah melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model
konseptual sebagai dasar ilmiah dalam melakukan tindakan keperawatan. Sebagai
contoh adalah melakukan komunikasi dengan menggunakan pendekatan model
konseptual proses interpersonal (Mundakir, 2006).
2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Komunikasi
Menurut Muharamiatul (2012), faktor yang
mempengaruhi komunikasi antara lain :
1.
Situasi atau suasana
Situasi atau suasana yang penuh kebisangan akan mempengaruhi
baik atau tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima
komunikan saat proses komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur,
bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan,
lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman.
Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin
diterima dengan kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan
penjelasan kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat
orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik
oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang
disampaikan perawat, melainkan pada perasaan sedihnya.
2. Kejelasan
pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan
komunikasi. Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan
sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan
yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi
yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum
menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan
artikulasi dan kalimat yang jelas.
2.7. Issu dan Trend Komunikasi dalam
Keperawatan
Hubungan perawat dengan dokter adalah satu bentuk hubungan
interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada
pasien. Perspektif yang berbeda dalam memendang pasien, dalam prakteknya
menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses
kolaborasi. Kendala sikologi keilmuan dan individual, factor sosial, serta
budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborsi
yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif
yang dapat timbul jika hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung
baik. American Nurses Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14
Rumah Sakit melaporkan bahwa hubungan dokter dengan perawat bukan hanya mungkin
dilakukan, tetapi juga berlangsung pada hasil yang dialami pasien. Terdapat
hubungan kolerasi positif antara kualitas huungan dokter perawat dengan
kualitas hasil yang didapatkan pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dengan perawat sering dijumpai
pada tingkat profesional dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan
tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional
dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih
tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan
kondisi sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti sesungghnya dari konflik
perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap
pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
Dari hasil berbagai penelitian di Rumah Sakit nampaknya
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi
kolaborasi khususnya dengan dokter. Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada
pasien berdasarkan instruksi medis yang juga didokumentasikan secara baik,
sementara dokumentasi asuhan keperawatan meliputi proses keperawatan tidak ada.
Disamping itu hasil wawancara penulis dengan beberapa perawat Rumah Sakit
Pemerintah dan swasta, mereka menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi
dalam melaksanakan kolaborasi, diantaranya pandangan dokter yang selalu
menganggap bahwa perawat merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai
asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit yang kurang mendukung. Isu tersebut
jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat
menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan
jasa pelayang kesehatan, serta menghambat upaya pengembangan dari keperawatan
sebagai profesi (Muharamiatul, 2012).
2.8. Anggota Tim Interdisiplin
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok
profesional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian.
Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam
memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi: pasien,
perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker.
Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif,
bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim.
Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam
interdisiplin tim. Perawat menfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan
sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah
penyakit. Pada siuasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti
pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim
lainnya sebagai membuat refelan pembarian pengobatan.
Kerjasama adalaha menghargai pendapat orang lain dan
bersedia memeriksa beberapa alterntif pendapat dan perubaha pelayanan.
Asertifitas penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan
keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan
konsesus untuk dicapai. Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan yang
diperoleh dari hasil konsesus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
Komunikasi artinya bahwa etiap anggota bertanggung jawab untuk membagi
informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk membuat
keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggot tim dalam batas
kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yng dibutuhkan dalam
perawatan pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi
dalammenyelesaikan permaslahan.
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi
praktis profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan pada
pasien. Kolegasilitas menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan
profesional untuk masalah-masalah dalam tim dari pada menyalahkanseseorang atau
menghindari tanggung jawab. Hensen menyarankan konsep dengan ari yang sama:
mutualitas, dimana dia mengartikan sebagai sutu hubungan yang menfalitasi suatu
proses dinamis antar orang-orang ditandai oleh keinginan maju mencapai tujuan
dan kepuasan setiap anggota. Kepercayaan adlah konsep umum untuk semua elemen
kolaborasi. Tanpa rasa percaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi
ancaman, menghindari dari tanggung jawab, terganggunya komunikasi. Otonom akan
ditekan dan koordinasi tidak kan terjadi. Elemen kunci kolaborasi dalam kerja
sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team
:
1. Memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik professional.
2. Produktifitas maksimal serta
efektifitas dan efesiensi sumber daya.
3. Meningkatnya profesionalisme dan
kepuasan kerja, dan loyalitas.
4. Meningkatnya kohensifitas antar
professional.
5.
Kejelasan
peran dalam berinteraksi antar professional.
6. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas,
dan menghargai dan memahami orang lain.
Berkaitan
dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan dokter, perawat
perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi
professional. Status yuridis seiring perubahan perwat dari perpanjangan tangan
dokter menjadi mitra dokter yang sangt kompleks. Tanggung jawab hokum juga akan
terpisah untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktek medis,
dan mal praktek keperwatan. Perlu ada kejelasan dari pemerintah maupun para
pihak yang terkait mengeni tanggung jawab hukum dari perawat, dokter maupun
rumah sakit. Organisasi profesi perawat juga harus berbenah dan memperluas
sruktur organisasi agar dapat mengantisipasi perubahan.
Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang
efektif, hal tersebut perlu ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat
menyatukan data kesehatan pasien secara komfrenhensif sehingga menjadi sumber
informasi bagi semua anggota team dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu
perlu dikembangkan catatan status kesehatan pasien yang memunkinkan komunikasi
dokter dan perawat terjadi secara efektif. Pendidikan perawat perlu terus
ditingkatkan untuk meminimalkan kesenjangan professional dengan dokter melalui
pendidikan berkelanjutan. Peningkatan pengatahuan dan keterampilan dapat
dilakukan melalui pendidikan formal sampai kejenjang spesialis atau minimal
melalui pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan keahlian perawat.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Trend
adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang
dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang
menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional,
bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku
dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia
sekitarnya. Sedangkan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan
perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan
patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu bentuk upaya yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pelayanan rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang bermutu dan terjangkau dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi tambahan untuk STIkes Muhamadiyah Pringsewu pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya.
2. Bagi Mahasiswa
Setelah
mempelajari dan memahami secara lebih dalam tentang konsep dan gambaran umum
tentang trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan diharapkan
mahasiswa mampu melihat kejadian yang terjadi dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Awalia
Muharamiatul. 20012. Trend dan Issu Pelayanan Kesehatan. http://awalia.or.id/Stats/StatCurr.pdf,
diakses Minggu, 23 Oktober 2016, pukul 20.00 WIB.
2. Mundakir. 2006.
Komunitas Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yokyakarta: Graha Ilmu.
3. Potter A. particia dan Anne
Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep,
Proses dan Praktik. Vol. I. Jakarta : EGC.
AJO_QQ poker
ReplyDeletekami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 8 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
-bandar 66 (new game )
Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
PROMO MENARIK
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) |
Whatshapp : +855969190856