Link Berikut Klik disini
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Anak usia di
bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentanterhadap kesehatan dan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah
salah satu masalahgizi utama yang banyak dijumpai pada balita di
Indonesia. Dalam Repelita VI,pemerintah dan masyarakat berupaya menurunkan
prevalensi KEP dari 40% menjadi30%. Namun saat ini di
Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada
status gizi balita, dan diasumsi kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan bertambah.
Selain di
Indonesia, kasus gizi buruk atau penyakit yag disebabkan olehmalnutrisi sering
terjadi di negara berkembang, dimana angka kemiskinan masihtinggi. Gizi buruk
marak terjadi di daerah di Afrika dimana terjadinya masakekeringan yang
berkepanjangan, sehingga rakyat sulit mendapatkan makanan.
Penyakit gizi
buruk merupakan jenis penyakit non infeksi yang disebabkanoleh kekurangan satu
zat gizi atau lebih secara makro. Kwashiorkor, marasmus danmarasmic kwashiorkor
ialah penyakit-penyakit gizi buruk yang biasanya terjadi padawaktu yang lama. Anak balita (bawah lima tahun)
sehat atau kurang gizi dapatdiketahui dari pertambahan berat badannya tiap
bulan sampai usia minimal 2 tahun(baduta). Apabila pertambahan berat badan
sesuai dengan pertambahan umurmenurut suatu standar organisasi kesehatan dunia,
dia bergizi baik. Kalau sedikitdibawah standar disebut bergizi kurang yang
bersifat kronis. Apabila jauh dibawahstandar dikatakan bergizi buruk. Jadi
istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Pardede, J, 2006).
Untuk
mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan danpemberdayaan tenaga kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP berat/giziburuk secara terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanankesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas
perawatan, puskesmas, balaipengobatan (BP), puskesmas pembantu, dan posyandu/PPG (Pusat
Pemulihan Gizi).
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang
ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk
secara garis besar dapat dibedakansebagai marasmus, kwashiorkor atau
marasmic-kwashiorkor. Tanpamengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan
karena penyakit lain adalahKEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor.Untuk
kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasiMalnutrisi Energi
Protein (MEP) ditetapkan dengan patokan perbandingan beratbadan terhadap umur
anak sebagai berikut:
1)
Berat badan 60-80%
standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2)
Berat badan 60-80%
standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3)
Berat badan <60%
standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4)
Berat badan <60%
standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEPberat) (Ngastiyah, 1997)
Kwashiorkor adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi
protein.Penyakit kwashiorkor pada umumnya terjadi pada anak dari keluarga
dengan statussosial ekonomi yang rendah
karena tidak mampu menyediakan makanan yang cukupmengandung protein
hewani seperti daging, telur, hati, susu dan sebagainya.Makanan sumber protein
sebenarnya dapat dipenuhi dari protein nabati dalamkacang-kacangan tetapi
karena kurangnya pengetahuan orang tua, anak dapatmenderita defisiensi protein.
Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanansumber
energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi
protein.Bila kekurangan sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu
yang cukuplama maka anak dapat berlanjut ke dalam status marasmik
kwashiorkor.
Penemuan kasus balita KEP dapat dimulai
dari :
1)
Posyandu/Pusat Pemulihan
Gizi
Pada penimbangan bulanan di posyandu dapat diketahui
apakah anak balitaberada pada daerah pita warna hijau,
kuning, atau dibawah garis merah (BGM).Bila hasil penimbangan BB balita
dibandingkan dengan umur di KMS terletak pada pita kuning, dapat dilakukan
perawatan di rumah , tetapi bila anak dikategorikan dalam KEP
sedang-berat/BGM, harus segera dirujuk kePuskesmas.
2)
Puskesmas
Apabila ditemukan BB anak pada KMS berada di bawah garis merah (BGM)segera
lakukan penimbangan ulang dan kaji secara teliti. Bila KEP Berat/Giziburuk (BB
< 60% Standard WHO-NCHS) lakukan pemeriksaan klinis dan bilatanpa penyakit penyerta dapat dilakukan rawat
inap di puskesmas. Bila KEPberat/Gizi buruk dengan penyakit penyerta
harus dirujuk ke rumah sakit umum.
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
2.1. Definisi
Marasmus
Marasmus
adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori
yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan
mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649)
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).
2.2.Etiologi
Marasmus
ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan
hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi.
Selain faktor ling-kungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang
dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmust
Secara
garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1)
Masukan makanan yang kurang.
Marasmus
terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya
pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
2)
Infeksi
Infeksi
yang berat dan lama menyebabkan marasmus,terutama infeksi enteral misalnya
infantil gastroenteritis,bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis
kongenital.
3)
Kelainan struktur bawaan
Misalnya:
penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung,deformitas palatum,
palatoschizis, micrognathia, stenosispilorus, hiatus hernia, hidrosefalus,
cystic fibrosis pancreas.
4)
Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus
Pada
keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI yang kurang.
5)
Pemberian ASI
Pemberian
ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.
6)
Gangguan metabolik
Misalnya:
renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.
7)
Tumor hypothalamus
Jarang
dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah
disingkirkan.
8)
Penyapihan
Penyapihan
yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan
menimbulkan marasmus.
9)
Urbanisasi
Urbanisasi
mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus; meningkatnya
arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudi-an
diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlaluencer akibat dari
tidak mampu membeli susu; dan bila disertaidengan infeksi berulang, terutama
gastro enteritis akanmenyebabkan anak jatuh dalam marasmus.
2.3.
Patogenesis (perjalanan penyakit)
Kurang
kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan,
tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan
pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan
lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,
karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan
bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit,
sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme
protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera
diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah
menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam
lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini
berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein
lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh
2.4. Gejala Klinis
Gejala klinis
marasmus terdiri dari :
1. Pertumbuhan dan
perkembangan fisik terganggu, bahkan sampai berat badan dibawah waktu lahir
(berat badan < 60%).
2. Tampak sangat kurus (gambaran seperti kulit
pembalut tulang).
3. Muka seperti orang tua (old man face).
4. Pucat, cengeng, lethargi, malaise dan apatis.
5. Rambut kusam, kadang-kadang pirang, kering, tipis
dan mudah dicabut.
6. Kulit keriput,
dingin, kering, mengendur, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak
ada, sehingga kulit kehilangan turgornya.
7. Jaringan otot hipotrofi dan hipotoni.
8. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus
yang jelas.
9. Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak
sianosis.
10. Sering disertai penyakit infeksi, diare kronis
atau konstipasi.
11. pantat kosong, paha kosong.
12. Mata besar dan dalam, sinar mata sayu.
13. Feces lunak atau diare.
14. Tekanan darah lebih rendah dari usia
sebayanya.
15. Frekuensi nafas berkurang.
16. Kadar Hb berkurang.
17. Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin.
Perubahan biokimia yang ditemukan pada marasmus adalah
:
1. Anemia ringan sampai berat.
2. Kadar albumin dan globulin serum rendah.
3. Kadar kolesterol serum yang rendah.
4. Kadar gula darah yang rendah.
2.5. Gambaran penderita
2.6. Diagnosis
1. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak
adekuat (nafsu makan berkurang)
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan
diare.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
gangguan nutrisi/status metabolic
4. Kurang
pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang nya informasi
5. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat
masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat malnutrisi
7. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
2.7.Penatalaksanaan
Keadaan ini memerlukan diet
yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit tinggi
kalori, protein, mineral dan vitamin.
1. Pemberian terapi cairan dan
elektrolit.
Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
2. Penanganan
KKP berat
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
Ø Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi,
hipotermi, dehidrasi.
Ø Pencegahan
jika ada ancamanperkembangan renjatan septic
Ø Pengobatan
infeksi
Ø Pemberian
makanan
Ø Pengidentifikasian
dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat dan payah
jantung.
Menurut Arisman, 2004:105
Menurut Arisman, 2004:105
3. Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi
Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.Cara
pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama
peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.Cairan sebanyak
itu harus habis dalam 12 jam.Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika
pemberian CRO/intravena diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
4. Berika
makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75
dan F-100.
Menurut Nuchsan Lubis
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
Menurut Nuchsan Lubis
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
a) Tahap
awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk
menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis
dengan pemberian cairan IV.cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa
atau Ringer Laktat Dextrose 5%.
b) Mula-mula
diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.Kemudian 140ml sisanya diberikan
dalam 16-20 jam berikutnya.
c) Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.
d) Tahap
penyesuaian terhadap pemberian makanan
e) Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang
diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/
hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
f) Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga
mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
g) Waktu
yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.
5. Pengidentifikasian
dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat dan payah
jantung.
Menurut Arisman, 2004:105
Menurut Arisman, 2004:105
6. Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi
Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.Cara
pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama
peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.Cairan sebanyak
itu harus habis dalam 12 jam.Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika
pemberian CRO/intravena diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
7. Berika
makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75
dan F-100.
Menurut Nuchsan Lubis
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
a) Tahap
awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk
menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis
dengan pemberian cairan IV.cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa
atau Ringer Laktat Dextrose 5%.
b) Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam
pertama.Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
c) Cairan
diberikan 200ml/kg BB/ hari.
d) Tahap
penyesuaian terhadap pemberian makanan
e) Pada
hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/
hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/
hari.
f) Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga
mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
g) Waktu
yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.
DAFTA PUSTAKA
http://ads.masbuchin.com/search/askep+asuhan+keperawatan+marasmus
Betz, L & Linda S, 2002, Buku saku peditrik, Alih bahasa monica ester edisi 8, jakarta, EGC
Nuchsan .A, 2002, Penatalaksanaan Busung lapar pada balita, Cermin Dunia Kedokteran no. 134, 2002 : 10-11
Wong, L. D & Whaleys, 2004, Pedoman klinis asuhan keperawatan anak, alih bahasa monica ester, Jakarta, EGC
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Marasmus adalah salah
satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemui pada balita terutama di
daerah perkotaan.Penyebabnya merupakan multifaktorial antara lain masukan
makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan.Diagnosis ditegakan
berdasarkan gambaran klinis dan untuk menentukan penyebab perlu anamnesis
makanan dan penyakit yang lalu.Pencegahan terhadap marasmus ditujukan pada
penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang
baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet, tinggi kalori dan tinggi
protein, dan penatalaksanaan di rumah sakit dibagi
atas tahap awal, tahap
penyesuaian, dan rehabilitasi
Numpang promo ya Admin^^
ReplyDeleteajoqq^^com
mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
mari segera bergabung dengan kami.....
di ajopk.club....^_~
segera di add Whatshapp : +855969190856