Sunday, February 17, 2019

MAKALAH MARASMUS



Link Berikut Klik disini
BAB I
PENDAHULUAN 
1.1.    Latar Belakang
            Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentanterhadap kesehatan dan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalahgizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia. Dalam Repelita VI,pemerintah dan masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi30%. Namun saat ini di Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak  juga pada status gizi balita, dan diasumsi kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan bertambah.
Selain di Indonesia, kasus gizi buruk atau penyakit yag disebabkan olehmalnutrisi sering terjadi di negara berkembang, dimana angka kemiskinan masihtinggi. Gizi buruk marak terjadi di daerah di Afrika dimana terjadinya masakekeringan yang berkepanjangan, sehingga rakyat sulit mendapatkan makanan.
Penyakit gizi buruk merupakan jenis penyakit non infeksi yang disebabkanoleh kekurangan satu zat gizi atau lebih secara makro. Kwashiorkor, marasmus danmarasmic kwashiorkor ialah penyakit-penyakit gizi buruk yang biasanya terjadi padawaktu yang lama. Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapatdiketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun(baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umurmenurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikitdibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawahstandar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Pardede, J, 2006).
Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan danpemberdayaan tenaga kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP berat/giziburuk secara terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanankesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas perawatan, puskesmas, balaipengobatan (BP), puskesmas pembantu, dan posyandu/PPG (Pusat Pemulihan Gizi).
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakansebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. Tanpamengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalahKEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor.Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasiMalnutrisi Energi Protein (MEP) ditetapkan dengan patokan perbandingan beratbadan terhadap umur anak sebagai berikut:
1)      Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2)      Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3)      Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4)      Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEPberat) (Ngastiyah, 1997)
Kwashiorkor adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi protein.Penyakit kwashiorkor pada umumnya terjadi pada anak dari keluarga dengan statussosial ekonomi yang rendah karena tidak mampu menyediakan makanan yang cukupmengandung protein hewani seperti daging, telur, hati, susu dan sebagainya.Makanan sumber protein sebenarnya dapat dipenuhi dari protein nabati dalamkacang-kacangan tetapi karena kurangnya pengetahuan orang tua, anak dapatmenderita defisiensi protein.
Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanansumber energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein.Bila kekurangan sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukuplama maka anak dapat berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor.

Penemuan kasus balita KEP dapat dimulai dari :
1)      Posyandu/Pusat Pemulihan Gizi
Pada penimbangan bulanan di posyandu dapat diketahui apakah anak balitaberada pada daerah pita warna hijau, kuning, atau dibawah garis merah (BGM).Bila hasil penimbangan BB balita dibandingkan dengan umur di KMS terletak pada pita kuning, dapat dilakukan perawatan di rumah , tetapi bila anak dikategorikan dalam KEP sedang-berat/BGM, harus segera dirujuk kePuskesmas.
2)      Puskesmas
Apabila ditemukan BB anak pada KMS berada di bawah garis merah (BGM)segera lakukan penimbangan ulang dan kaji secara teliti. Bila KEP Berat/Giziburuk (BB < 60% Standard WHO-NCHS) lakukan pemeriksaan klinis dan bilatanpa penyakit penyerta dapat dilakukan rawat inap di puskesmas. Bila KEPberat/Gizi buruk dengan penyakit penyerta harus dirujuk ke rumah sakit umum.


BAB II
PEMBAHASAN MATERI
2.1. Definisi Marasmus 
      Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649)
     Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
     Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).

2.2.Etiologi
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor ling-kungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmust
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1)   Masukan makanan yang kurang.
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
2)   Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus,terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis,bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.
3)   Kelainan struktur bawaan
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung,deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosispilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
4)   Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus
Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI yang kurang.
5)   Pemberian ASI
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.
6)   Gangguan metabolik
Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.
7)   Tumor hypothalamus
Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah disingkirkan.
 8) Penyapihan
Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan menimbulkan marasmus.
9)   Urbanisasi
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudi-an diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlaluencer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila disertaidengan infeksi berulang, terutama gastro enteritis akanmenyebabkan anak jatuh dalam marasmus.

2.3. Patogenesis (perjalanan penyakit)
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh
2.4. Gejala Klinis
 Gejala klinis marasmus terdiri dari : 
1. Pertumbuhan dan perkembangan fisik terganggu, bahkan sampai berat badan dibawah waktu lahir (berat badan < 60%). 
2. Tampak sangat kurus (gambaran seperti kulit pembalut tulang). 
3. Muka seperti orang tua (old man face).
4. Pucat, cengeng, lethargi, malaise dan apatis. 
5. Rambut kusam, kadang-kadang pirang, kering, tipis dan mudah dicabut. 
6. Kulit keriput, dingin, kering, mengendur, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada, sehingga kulit kehilangan turgornya. 
7. Jaringan otot hipotrofi dan hipotoni. 
8. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas. 
9. Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis. 
10. Sering disertai penyakit infeksi, diare kronis atau konstipasi. 
11. pantat kosong, paha kosong. 
12. Mata besar dan dalam, sinar mata sayu. 
13. Feces lunak atau diare. 
14. Tekanan darah lebih rendah dari usia sebayanya. 
15. Frekuensi nafas berkurang. 
16. Kadar Hb berkurang. 
17. Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin. 


Perubahan biokimia yang ditemukan pada marasmus adalah : 
1. Anemia ringan sampai berat. 
2. Kadar albumin dan globulin serum rendah. 
3. Kadar kolesterol serum yang rendah. 
4. Kadar gula darah yang rendah.

2.5. Gambaran penderita


https://arali2008.files.wordpress.com/2011/07/slide1.jpg


                                      https://biohasanah.files.wordpress.com/2015/01/marasmus.png
2.6. Diagnosis
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang)
2.  Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3.  Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolic
4.  Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang nya informasi
5.  Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat. 
6.  Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat malnutrisi
7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh

2.7.Penatalaksanaan
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
1.       Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
2.      Penanganan KKP berat
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
Ø   Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.
Ø  Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septic
Ø  Pengobatan infeksi
Ø  Pemberian makanan
Ø  Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat dan payah jantung.
Menurut Arisman, 2004:105
3.       Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
4.      Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75 dan F-100.
Menurut Nuchsan Lubis
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
a)       Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan IV.cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.
b)      Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
c)       Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.
d)     Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan
e)       Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
f)        Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
g)      Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.
5.      Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat dan payah jantung.
Menurut Arisman, 2004:105
6.       Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
7.      Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75 dan F-100.

Menurut Nuchsan Lubis
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
a)      Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan IV.cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.
b)       Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
c)      Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.
d)     Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan
e)      Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
f)        Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
g)      Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.












DAFTA PUSTAKA


http://ads.masbuchin.com/search/askep+asuhan+keperawatan+marasmus
Betz, L & Linda S, 2002, Buku saku peditrik, Alih bahasa monica ester edisi 8, jakarta, EGC

Nuchsan .A, 2002, Penatalaksanaan Busung lapar pada balita, Cermin Dunia Kedokteran no. 134, 2002 : 10-11

Wong, L. D & Whaleys, 2004, Pedoman klinis asuhan keperawatan anak, alih bahasa monica ester, Jakarta, EGC















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemui pada balita terutama di daerah perkotaan.Penyebabnya merupakan multifaktorial antara lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan.Diagnosis ditegakan berdasarkan gambaran klinis dan untuk menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit yang lalu.Pencegahan terhadap marasmus ditujukan pada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet, tinggi kalori dan tinggi protein, dan penatalaksanaan di rumah sakit dibagi
atas tahap awal, tahap penyesuaian, dan rehabilitasi


1 comment:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^com
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajopk.club....^_~
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    ReplyDelete

MENCUCI TANGAN DENGAN LARUTAN BERBAHAN DASAR ALKOHOL

LOGO RUMAH SAKIT MENCUCI TANGAN DENGAN LARUTAN BERBAHAN DASAR ALKOHOL NomorDokumen :     /RS UD ...