Sunday, February 17, 2019

LAPORAN PENDAHULUAN DISPEPSIA


A.    Konsep Dasar Penyakit
1.  Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer, 2010).
Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yg tak mengenyangkan sesudah makan, yg berhubungan dgn mual, sendawa, nyeri ulu hati & mungkin kram & begah perut. Kerap kali kali diperberat karena makanan yg berbumbu, berlemak / makanan berserat cukup tinggi, & karena asupan kafein yg berlebihan, dyspepsia tiada kelainan lain menunjukkan adanya gangguan fungsi pencernaan (Williams & Wilkins, 2011).
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2010 hal : 488).
Batasan dispepsia
a.       Dyspepsia organic, kalau/jika sudah diketahui adanya kelainan organic sebagai
penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yg nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, pembengkakan/radang pancreas, pembengkakan/radang empedu, & lain – lain.
b.      Dyspepsia non-organik / dyspepsia fungsional, / dyspepsia non-ulkus (DNU), kalau/jika tak jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional tiada diikuti kelainan / gangguan struktur organ berlandaskan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, endoskopi ( teropong saluran pencernaan).

2.      Etiologi
Seringnya, dispepsia dikarenakan karena ulkus lambung / penyakit acid reflux.. Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yg terjadi pada saluran cerna atas dampak proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2010). Kadar lambung lansia biasanya mengalami menurunnya hingga 85%. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, bisa menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum bisa diketemukan.
Penyebab dispepsia secara rinci ialah:
a.       Menelan udara (aerofagi)
b.      Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
c.        Iritasi lambung (gastritis)
d.      Ulkus gastrikum / ulkus duodenalis
e.       Kanker lambung
f.        Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g.      Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu & produknya)
h.      Kelainan gerakan usus
i.        Stress psikologis, kecemasan, / depresi
j.        Infeksi Helicobacter pylory
k.      Perubahan pola makan
l.        Pengaruh obat-obatan yg dimakan secara berlebihan & dlm waktu yg lama
m.    Alkohol & nikotin rokok
n.      Stres
o.      Tumor / kanker saluran pencernaan

3.      Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.














Patway
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGatlWc8m0Jm0eyUJJUkkj2umWpXcQ25lExiPtpPwcNcBHot9z6BQV5nIchDT5_qZT3E02IWiVtq4XSrly8Hiqw2UdWNwVpDkbFGxyABNIzDbj0Lj3vEr2JBqHy1vDmUok5s5X9O9NrW83/s640/Pathway+Dispepsia_Kasus_Makalah_Lp_Askep_Perawatan.jpeg
4.      Manifestasi klinik
a.       nyeri perut (abdominal discomfort)
b.      Rasa perih di ulu hati
c.       Mual, kadang-kadang sampai muntah
d.      Nafsu makan berkurang
e.       Rasa lekas kenyang
f.       Perut kembung
g.      Rasa panas di dada dan perut
h.      Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

5.      Pemeriksaan penunjang
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
a.       Laboratorium : Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
b.      Radiologis : Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c.       Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi) : Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
d.      USG (ultrasonografi) : Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
e.       Waktu Pengosongan Lambung : Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.

6.      Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia antara lain:
a.       Perdarahan
b.      Kangker lambung
c.       Muntah darah
d.      Ulkus peptikum

7.      Penatalaksanaan
a.       Penatalaksanaan non farmakologis
1)      Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2)      Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
3)      Atur pola makan

b.      Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)

B.     Konsep proses keperawatan
1.      Pengkajian keperawatan
a)       Identitas
1)      Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat
2)      Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan dgn pasien, alamat

b)      Pengkajian
1)       Alasan utama datang ke rumah sakit
2)      Keluhan utama (saat pengkajian)
3)      Riwayat kesehatan sekarang
4)      Riwayat kesehatan dahulu
5)      Riwayat kesehatan keluarga
6)      Riwayat pengobatan & alergi

c)      Pengkajian Fisik
1)      Keadann umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene & lain-
lain.
2)      Data sistemik
·         Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan, pengecap/penghidu, peraba, & lain-lain.
·         Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil, respon cahaya, & lain-lain.
·         Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan napas, & lain-lain.
·         Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema, & lain-lain.
·         Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu, orientasi tempat, orientasi manusia, & lain-lain.
·         Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan, keluhan, bibir, mual & tenggorokan, kemampuan mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon & rektum, rectal toucher, & lain-lain.
·         Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan & cara jalan, kemampuan mencukupi aktifitas sehari-hari, genggaman tangan, otot kaki, akral, patah tulang, & lain-lain.
·         Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan, & lain-lain.
·         Sistem reproduksi: infertil, kasus menstruasi, skrotum, testis, prostat, payudara, & lain-lain.
·         Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, & pancaran), BAK, vesika urinaria.
d)     Data penunjang
e)      Terapi yg diberikan
f)       Pengkajian kasus psiko-sosial-budaya-& spiritual
1)      Psikologi
·         Perasaan klien sesudah mengalami kasus ini
·         Cara menangani perasaan tersebut
·         Rencana klien sesudah masalahnya terselesaikan
·         Jika rencana ini tak terselesaikan
·         Pengetahuan klien tentang kasus/penyakit yg ada
2)      Sosial
·         Aktivitas / peran klien di masyarakat
·         Kebiasaan lingkungan yg tak disukai
·         Cara mengatasinya
·         Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya
3)      Budaya
·         Budaya yg diikuti karena klien
·         Aktivitas budaya tersebut
·         Keberatannya dlm mengikuti budaya tersebut
·         Cara menangani keberatan tersebut
4)      Spiritual
·         Aktivitas ibadah yg biasa dikerjakan sehari-hari
·         Kegiatan keagamaan yg biasa dikerjakan
·         Aktivitas ibadah yg sekarang tak bisa dikerjakan
·          Perasaaan klien dampak tak bisa melaksanakan hal tersebut
·         Upaya klien menangani perasaan tersebut
·         Apa keyakinan klien tentang peristiwa/kasus kesehatan yg sekarang sedang dialami

2.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.     Nyeri ulu hati berhubungan dengan iritasi dan inflamasi pada lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan otot lambung
b.    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia, esofagitis dan anorexia.
c.     Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan gastroenteritis
d.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik










3.      INTERVENSI KEPERAWATAN
a.       Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
                         Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri.
                                Kriteria hasil: klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya   rasa
                                nyeri.
INTERVENSI
RASIONAL
1)      Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)
2)      Berikan istirahat dengan posisi semifowler
3)      Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam lambung.
4)      Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya.
5)      Observasi TTV
6)      Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi
7)      Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik
1)      Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
2)      Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang
3)      dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas peristaltik
4)      mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium
5)      sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya
6)      Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol
7)      Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain

b.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, esofagitis dan anoreksia.
                     Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang
                     diharapkan individu
                     Kriteria hasil: klien menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
INTERVENSI
RASIONAL
1)      Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat
2)      Timbang BB klien
3)      Berikan makanan sedikit tapi sering
4)      Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.
5)      Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.
6)      Monitor intake dan output secara periodik.
7)      Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).
1)        Untuk mengidentifikasi indikasi/ perkembangan dari hasil yang diharapkan
2)        Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat
3)        Meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster
4)        Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
5)        Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.
6)        Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
7)        Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.

c.       Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah dan diare
                       Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu
                       untuk memperbaiki defisit cairan.
                                       Kriteria hasil: klien mempertahankan/menunjukkan perubahan keseimbangan
                                       cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
INTERVENSI
RASIONAL
1)      Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor kulit.
2)      Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat.
3)      Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretik.
4)      Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan.
5)      Berikan/awasi hiperalimentasi IV
1)      Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler.
2)      Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.
3)      Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut.
4)      Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan untuk berhasil.
5)      Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan elektroli






d.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
      Tujuan: menunjukkan kemampuan beraktivitas
      Kriteria hasil: klien menyatakan mampu menggerakkan tubuh
INTERVENSI
RASIONAL
1)      kaji kemampuan klien untuk melakukan aktivitas dan catat laporan kelelahan.
2)      awasi vital sign: TD, nadi, pernapasan sebelum dan sesudah aktivitas.
3)      beri bantuan dalam melakukan aktivitas
1)      Untuk melakukan intervensi selanjutnya
2)      Untuk mengetahui kondisi klien
3)      Menjaga keamanan klien, dan menghemat energi klien




































DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2: Jakarta. EGC.

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2010Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.

Inayah Iin. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan, Edisi Pertama: Jakarta. Salemba Medika.

Manjoer, A, et al. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3: Jakarta. Medika aeusculapeus.

Suryono Slamet, et al. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Edisi : Jakarta. FKUI.

Price & Wilson. 2011. Patofisiologi, Edisi 4: Jakarta. EGC.

Warpadji Sarwono, et al. 2010. Ilmu Penyakit Dalam: Jakarta. FKUI.


No comments:

Post a Comment

MENCUCI TANGAN DENGAN LARUTAN BERBAHAN DASAR ALKOHOL

LOGO RUMAH SAKIT MENCUCI TANGAN DENGAN LARUTAN BERBAHAN DASAR ALKOHOL NomorDokumen :     /RS UD ...